agama bangsa arab sebelum islam, suku-suku bangsa arab, kepercayaan bangsa arab sebelum islam, bangsa arab terbagi atas dua bagian
Agama Bangsa Arab Suku-Suku Bangsa Arab
literasisejarah7.blogspot.com - Pada pembahasan kali ini kembali Literasi Sejarah mebahas tentang Agama Bangsa Arab di masa ismail A.S yang pernah di sampaikan oleh ayahnya yaitu Ibrahim A.S
Mayoritas bangsa Arab pada saat itu mengikuti dakwah Ismail A.S, yaitu ketika beliau meyeru kepada Agama bapaknya, Ibrahim A.S. Inti dari ajarannya meyembah kepada Allah, mengesakannya dan memeluk agamanya. Seiring waktu terus berjalan sekian lama, banyak di antara mereka yang melalaikan ajaran yang pernah disampaikan kepada mereka, meskipun demikian, masih ada sisa-sisa tauhid dan beberapa syiar dari agama Ibrahim, hingga muncullah Amru bin Luhay, pemimpin Bani Khuza’ah. Beliau dikenal sebagai orang yang suka berbuat kebajikan, mengeluarkan sedekah dan peka terhadap urusan-urusan agama, sehingga semua orang mencintainya dan bahkan orang-orang pada masa itu menganggapnya sebagai salah seorang ulama besar dan wali yang disegani.
Baca Juga : Perang Sipil Amerika
Suatu saat dia mengadakan perjalanan ke Syam. Di sana dia melihat penduduk Syam yang menyembah berhala dan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik dan benar. karena menurutnya Syam adalah tempat para rasul dan kitab. Kemudian dia pulang sambil membawa berhala Hubal dan meletakkanya di dalam ka’bah. Setelah itu dia mengajak penduduk Mekkah untuk berbuat kesyirikan terhadap Allah. Orang-orang Hijaz pada Akhirnya banyak yang mengikuti penduduk Mekkah, karena mereka di anggap sebagai pengawas Ka’bah dan penduduk Tanah Suci.
Baca Juga : Bangsa Arab
Adapun berhala mereka yang tertua adalah Manat, yang ditempatkan di Musyallal di tepi Laut Merah di dekat Qudaid. Kemudian mereka membuat Lata di Tha’if dan Uzza di Wadi Nakhlah. Inilah tiga berhala yang paling besar. Kemudian setelah itu kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih kecil bertebaran di setiap tempat di Hijaz. Diceritakan bahwa Amru bin Luhay mempunyai pembantu dari jenis Jin.
Baca Juga : Letak Geografis Arab dan Kondisi Penduduknya
Jin ini memberitahukan kepadanya berhala-berhala kaum Nuh (Wad, Suwa, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr) terpendam di Jeddah. Maka dia datang ke sana dan mengangkatnya, kemudian membawanya ke Tihamah. Setelah tiba musm haji, dia menyerahkan berhala-berhala itu kepada berbagai kabilah.
Baca Juga : Nuklir Sukarno
Akhirnya berhala-berhala itu kembali ke tempat asalnya masing-masing. Dengan demikian, di setiap kabilah dan di setiap rumah hampir bisa dipastikan ada berhalanya. Selaitu itu juga, mereka memenuhi Al-MASJID Al-HARAM dengan berbagai macam berhala dan patung.
Baca Juga : Indonesia dan Nuklir
Ketika Rasullah SAW menaklukkan Mekkah, di sekitar Ka’bah terdapat 360 berhala. Kemudian Rasulullah SAW menghancurkan berhala-berhala itu hingga runtuh semua. Selanjutnya beliau memerintahkan agar berhala-berhala itu dikeluarkan dari masjid dan dibakar.
Baca Juga : Teknologi Nuklir
Begitulah bagaimana kisah kemusrikan dan penyembahan terhadap berhala yang menjadi fenomena terbesar dari agama orang-orang Jahiliyah, yang menganggap dirinya berada pada agama Ibrahim. Mereka juga mempunyai beberapa tradisi dan upacara penyembahan berhala, yang mayoritas diciptakan oleh Amru bin Luhay. Orang-orang mengira apa yang diciptakan Amru itu merupakan sesuatu yang baru dan baik, serta tidak mengubah agama Ibrahim.
Baca Juga : Siapa Ir. Sukarno
Diantara upacara peyembahan berhala yang mereka lakukan adalah:
1. Mereka mengelilingi berhala dan mendatanginya sambil berkomat-kamit di hadapannya.
2. Mereka menunaikan Haji dan tawaf di sekeliling berhala, merunduk dan sujud di hadapannya.
3. Mereka mengadakan peyembahan dengan menyajikan berbagai macam korban, menyembelih hewan peliharaan dan hewan kurban demi berhala dan menyebut namanya. Dua jenis penyembelihan ini telah disebutkan allah dalam firmannya :
Dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. (Q.S. Al-Ma’idah: 3)
Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. (Q.S. Al-An’am : 121)
4. Adapun bentuk peribadatan yang lain, mereka mengkhusukan sebagian dari makanan dan minuman mereka untuk disajikan kepada berhala. Dan juga mengkhususkan bagian tertentu dari hasil panen dan binatang peliharaan mereka. Bahkan ada juga orang-orang tertentu yang mengkhususkan sebagian lain bagi Allah. Yang pasti, mereka mempunyai banyak sebab untuk memberikan sesaji kepada berhala yang tidak akan sampai kepada Allah. Apa yang mereka sajikan kepada Allah hanya sampai kepada berhala-berhala mereka. Sebagaimana Allah berfirman di dalam Al-Qur’an :
Baca Juga : Pergeseran Politik Luar Negeri Sukarno
Dan mereka mempertuntukkan bagi allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka: “ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami”. Maka saji-sajian yang mereka peruntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan saji-sajian yang diperuntukkan bagi Allah, maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka itu. (Q.S. Al-An’am: 136)
5. Di antara jenis peribadatan yang mereka lakukan ialah dengan bernazar menyajikan sebagian hasil tanaman dan ternak untuk berhala-berhala itu. Allah berfirman:
Dan mereka mengatakan: “inilah hewan ternak dan tanaman yang dilarang; tidak boleh memakannya, kecuali orang yang kami kehedaki’’, menurut anggapan mereka, dan ada binatang ternak yang diharamkan menungganginya dan ada binatang ternak yang mereka tidak menyebut nama Allah waktu menyembelih. Kelak Allah akan membalas mereka mereka terhadap apa yamg mereka selalu ada-adakan. (Q.S. Al-An’am: 138).
6. Adapun beberapa jenis unta yang dijuluki Bahirah, Sa’ibah, Washilah, dan Hami juga diperlakukan sedemikian rupa. Ibnu Ishaq mengisahkan, “Bahirah ialah anak Sa’ibah, unta betina yang telah beranak sepuluh, yang semua betina dan sama sekali tidak memiliki anak jantan. Unta ini tidak boleh ditunggangi, tidak boleh diambil bulunya, dan susunya tidak boleh diminum kecuali oleh tamu. Jika kemudian melahirka anak betina lagi anak betina, maka telinganya harus dibelah. Setelah itu ia harus dilepaskan secara bebas bersama induknya, dan harus mendapat perlakuan sama seperti induknya.
Baca Juga : Abraham Linloln
Washilah adalah domba betina yang selalu melahirkan anak kembar selama lima kali berturu-turut, tidak diselingi kelahiran anak jantan sama sekali. Domba ini dijadikan sebagai perantara untuk peribadatan. Dan mereka berkata, “Aku mendekatkan diri dengan domba ini.” Tetapi, bila setelah itu unta tersebut melahirkan anak jantan dan tidak ada yang mati, maka domba ini boleh disembelih dan dagingnya boleh dimakan.
Baca Juga : Penemuan Amerika
Hami adalah unta jantan yang sudah lama membuntingi sepuluh betina yang melahirkan sepuluh anak betina secara berturut-turut tanpa adanya jantan. Unta seperti ini tidak boleh ditunggangi, tidak boleh diambil bulunya, harus dibiarkan lepas, dan tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan apapun.
Maka Allah menurunkan ayat:
Allah sekali-sekali tidak pernah mensyariatkan adanya bahirah, saibah, wasilah, dan ham, akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti.(Q.S. Al-Maidah: 103)
Allah juga menurunkan ayat :
Dan mereka mengatakan : “apa yang ada dalam perut binatang ternak ini adalah khusus untuk pria kami dan diharamkan atas wanita kami, “dan jika dalam perut itu dilahirkan mati, maka pria dan wanita sama-sama boleh memakannya.(Q.S. Al-An’am: 139).
Baca Juga : George Washington
COMMENTS